Serdadu kumbang merupakan film yang
mengangkat kisah dari Desa Mantar, Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa
Barat, Nusa Tenggara Barat. Di desa Mantar itu, ada persahabatan antara 3
laki-laki yaitu Amek,, Umbe dan Acan. Ketiga lelaki kecil ini sering belajar
mengaji pada Papin, seorang kakek yang hidup sebagai tokoh agama Desa Mantar. Kebiasaan
mereka bertiga yang sering bermain dengan kumbang membuat mereka dijuluki
sebagai serdadu kumbang.
Amek adalah salah satu murid SDN 08 yang
tidak lulus ujian tahun lalu. Ia adalah bocah yang terlahir dengan celah di
bibirnya. Sebetulnya Amek adalah anak yang baik, namun karna tingkah lakunya
yang cenderung jahil membuat ia sering dihukum disekolah. Berbanding terbalik
dengan Minun kakaknya yang duduk dibangku SMP dan selalu menjadi juara
dikelasnya. Minun dan Amek tinggal bersama ibunya, Siti di desa Mantar.
Sedangkan ayah Amek yaitu Zakaria sudah 3 tahun bekerja sebagai TKI di
Malaysia.
Di desa Mantar terdapat pohon yang
bernama pohon cita-cita. Pohon itu dijuluki sebagai pohon cita-cita karna pohon
tersebut memang unik, letaknya yang berada persis dibibir tebing menghadap kelaut
lepas, hampir disetiap dahan pohon itu diikat dengan tali yang menjulur kebawah
yang diujungnya terdapat botol berwarna-warni yang berisikan kertas bertuliskan
nama seseorang dengan cita-citanya.
Dari sekian banyak botol yang
bergantungan di pohon cita-cita tersebut hanya Amek lah yang tidak mau
menggantungkan botol berisi kertas bertuliskan cita-citanya. Amek takut kalau
orang-orang akan menertawakannya. Ia sadar betul, kekurangan yang ia miliki
telah menjauhkan dirinya dari cita-citanya.
Hari terus berlalu hingga saat yang
dinantikan Amek pun tiba, sang ayah yaitu Zakaria yang selama ini dirindukan
oleh Amek akhirnya pulang. Tapi kedatangan ayah Amek itu justru membawa masalah
karena Zakaria menjual jam tangan yang dibelinya dari Malaysia kepada penjual jam
di pasar seharga 4 juta rupiah. Ternyata jam yang Zakaria jual adalah jam
tangan palsu, sang penjual pun meminta Zakaria untuk mengembalikan uang 4 juta
tersebut. Namun Zakaria tidak bisa mengembalikannya karena uang itu telah ia
pakai untuk membayar hutang akibatnya si penjual itu membawa pergi Smodeng kuda
kesayangan Amek.
Hal ini tentu membuat Amek sangat sedih
karna Smodeng merupakan kuda kesayangan Amek dan kuda tersebut sering sekali
memberinya piala lomba balap kuda. Merasa kasihan melihat sang adik yang terus
menerus sedih, Minun kakak Amek pun rela menggunakan uang tabungannya untuk
menebus Smodeng. Uang tabungan itu rencananya digunakan untuk melanjutkan
pendidikan ke SMA. Tapi Minun rela mengorbankannya demi sang adik tersayang.
Amek sangatlah gembira mengetahui sang
kakak menebus Smodeng. Namun ada lagi masalah yang akan dihadapi Amek yaitu ujian
nasional yang sudah dekat. Para guru SD pun melakukan upaya agar murid-muridnya
bisa lulus ujian. Akhirnya diadakanlah pelajaran tambahan kepada siswa-siswi
kelas 6 SD di Desa Mantar. Sayangnya pelajaran tambahan yang dilakukan di SD
dan di SMP Desa Mantar mendapat respon yang berbeda. Anak-anak kelas 3 SMP di
desa Mantar jarang ada yang mengikuti pelajaran tambahan. Bahkan sang orang tua
murid pun lebih memilih membawa anaknya ke paranormal agar berhasil saat ujian
nasional.
Akhirnya ujian nasional pun telah
berlalu dan hasilnya pun telah diumumkan. Ada kejadian yang mengejutkan dimana
semua anak kelas 3 SMP di Desa Mantar termasuk Minun tidak lulus ujian
nasional. Hal ini membuat Minun sangat terpukul karena ia selalu menjadi juara
di kelasnya. Rasa kecewa yang dirasakan Mintun ia lampiaskan dengan cara
memanjat pohon cita-cita untuk mengambil kembali botol berisi kertas yang
bertuliskan cita-cita yang dulu ia gantungkan. Namun tragis, Minun terjatuh
dari pohon cita-cita dan meninggal dunia.
Dengan kematian sang kakak, Amek tentu
saja sangat sedih. Namun ada hal yang bisa menghibur Amek yaitu hasil ujian
nasional SD yang diumumkan menyatakan bahwa semua siswa-siswi kelas 6 SD di
Desa Mantar lulus termasuk Amek, ditambah lagi dengan adanya perlombaan yang
akan diselenggarakan. Tidak sampai disitu saja, Bu Guru Imbok dengan dibantu
Ketut yaitu sang pendatang yang pernah ditolong oleh Amek ketika motornya
mogok, bisa mengusahakan penyembuhan bibir sumbing Amek dengan operasi.
Beberapa bulan kemudian, bibir Amek
sudah normal seperti anak-anak yang lainnya. Amek dan semua teman-teman sekolah
beserta gurunya merayakan keberhasilan mereka di ujian nasional dengan
melepaskan kumbang-kumbang yang digantungi kertas bertuliskan cita-cita mereka.
Amek yang dulunya merahasiakan cita-citanya kini pun terbuka, ternyata
cita-citanya ialah menjadi seorang penyiar berita di televise. Dahulu ia takut
ditertawakan oleh temannya tentang cita-citanya sendiri. Namun setelah operasi
itu dilakukan Amek pun tidak malu lagi untuk menuliskan cita-citanya
Unsur budaya yang terkandung dalam film ini :
Melihat dari synopsis diatas menggambarkan
adanya unsur budaya dalam film tersebut. Diantaranya permainan
berburu kumbang, lalu memotong bisanya dengan kuku kemudian mengikat si kumbang
dengan benang untuk diterbangkan, adalah kegemaran khas anak Sumbawa yang masih
dimainkan hingga kini. Terkadang, kumbang tersebut terbang dengan membawa
sepotong pesan, tradisi pacuan kuda.
saya sukah film serdadu kumbang
BalasHapus